Sejak beberapa tahun terakhir, berbagai acara bertajuk penyampaian motivasi telah menjadi konsumsi publik yang cukup masif. Tidak hanya dalam bentuk seminar tatap muka, motivator-motivator ternama kini telah memiliki program televisinya sendiri. Penontonnya pun berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak muda dengan permasalahan cintanya hingga orang dewasa dengan permasalahan bisnis dan keluarga. Tidak hanya melalui media televisi, akun-akun bergenre motivasi juga kebanjiran pengikut di berbagai media sosial.

     Dari banyak sekali materi motivasi, pasti Anda pernah mendengar salah satu topik mengenai comfort zone. Comfort zone atau zona nyaman adalah salah satu materi motivasi yang sering dibawakan oleh para motivator. Biasanya, para motivator akan memotivasi kita untuk keluar dari zona nyaman dengan berbagai alasan yang menunjukkan sisi negatif dari comfort zone. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah, benarkah kita perlu meninggalkan zona nyaman kita?

     Sebagai manusia dan makhluk hidup tentunya sudah menjadi hal yang lumrah jika kita menginginkan kenyamanan. Salah satu contoh sederhana adalah dalam memilih tempat tinggal. Tentunya semua makhluk hidup akan memilih tempat tinggal yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman.

     Contoh lain yang sering kita jumpai dalam lingkup mahasiswa adalah dalam memilih kelompok belajar. Dalam memilih dan membentuk kelompok belajar, setiap mahasiswa kecenderungan akan memilih mahasiswa lain yang karakternya dirasa nyaman dan cocok dengan kepribadiannya sendiri. Biasanya, setelah kelompok belajar ini terbentuk, kita enggan untuk keluar dari kelompok belajar tersebut dan mencari anggota lain atau kelompok lain yang memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan kita. Dalam beberapa kasus, hal ini mungkin terjadi, tapi kemungkinannya sangat kecil.

     Lantas, apakah “keluar dari comfort zone” adalah salah besar? Tidak, hal ini tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, opini-opini yang muncul dari kata-kata tersebut harus sedikit diluruskan.

     Selama ini ajakan untuk keluar dari comfort zone selalu didasari dengan alasan bahwa zona nyaman akan membuat kita terbelenggu, terbuai, dan lupa untuk bergerak maju. Solusinya sebenarnya cukup sederhana, kita dapat mengkombinasikan langkah untuk bergerak maju dengan comfort zone yang sudah kita miliki. Dengan kata lain, kita harus tetap mempertahankan zona nyaman yang sudah kita punya sambil mengembangkan zona nyaman itu seluas-luasnya, tanpa menyusahkan diri sendiri dengan meninggalkan comfort zone sepenuhnya. Karena apapun yang kita hadapi, apabila kita melakukannya dengan perasaan yang nyaman dan dengan hati yang senang, hasil yang kita dapat nantinya akan lebih memuaskan.

     Hidup ini adalah anugerah yang harus kita syukuri dengan menikmati apa yang kita miliki sembari terus mengembangkan nikmat tersebut.

     “Don’t leave your comfort zone, just make it bigger.” – Stefan Gentz

(mkl/ Propulsi 2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published.