Dewasa ini, internet bukan lagi kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi kebutuhan primer yang melekat pada diri masyarakat Indonesia. Tidak mengherankan kebutuhan internet tidak memandang umur dan status sosial. Dengan adanya internet, telah terbantu berbagai urusan masyarakat Indonesia, seperti adanya fasilitas berkomunikasi jarak jauh, membaca secara online, ataupun bertatap-muka jarak jauh. Semua itu adalah mimpi manusia sebelum kita yang menjadi kenyataan di zaman kita.

Sosial media adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh internet. Melalui sosial media ini kita dapat mengekspresikan apa yang kita pikirkan, membagikan ilmu yang kita miliki, dan berkomunikasi dengan rekan kita yang berada di tempat yang jauh. Dengan begitu banyak fitur yang memanjakan mata bagi netizen Indonesia atau sebutan untuk pengguna internet Indonesia, menjadikannya suatu hal yang wajib dimiliki. Namun manusia memiliki suatu pilihan dalam hidupnya di antara 2 pilihan, memilih untuk menjadi manusia yang baik atau buruk, memilih untuk menjadi warga negara yang patuh atau tidak. Yang mana pada kasus sosial media ini, manusia diharuskan memilih antara 2 hal, ingin menggunakannya secara benar atau tidak ? Pilihan tersebut murni adalah milik manusia atau dalam konteks tulisan ini adalah netizen Indonesia.

Namun, ditengah deras terpaan majunya teknologi internet sekarang, masih ada netizen Indonesia yang terhanyut dalam derasnya teknologi ini. Seolah terhanyut kemudian hilang arah dan berakhir pada pilihan kedua. Ya, jika kita berbicara dinamika netizen Indonesia, akhir-akhir ini kita akan menjawab banyaknya netizen Indonesia yang sibuk terhanyut pada debat yang tiada artinya ataupun terbawa informasi palsu yang ada di sosial media. Hal yang paling memprihatinkan dan yang menjadi fokus pada tulisan ini adalah ungkapan marah netizen Indonesia dengan menggunakan apa yang disebut “bom sosial media”.

Ya, yang anda lihat di atas adalah benar merupakan suatu hal yang dilakukan beberapa netizen Indonesia dengan apa yang disebut dengan bom sosial media. Suatu bentuk pengekspresian marah atau emosi melalui bom sosial media kepada yang menjadi sasarannya. Dari segi agama ataupun norma, jelas hal ini bukanlah hal yang sepatutnya dilakukan, terutama di negara yang “terkenal ramah” di dunia internasional ini. Apalagi ketika ungkapan emosi disertai dengan kata-kata umpatan yang cenderung menciderai julukan negara kita di dunia internasional. Hal yang perlu diketahui bahwa hal ini dapat berefek kepada apa yang dinamakan Bullying on sosial media dan hal ini tidak hanya dirasakan oleh sasaran bom sosial media namun juga keluarga dan anaknya. Sudah seharusnya kita sadar akan hal ini, dan menghentikan semua ini. Bangsa terbaik bukanlah bangsa yang paling cerdas atau kaya ataupun maju melainkan bangsa yang mampu mengontrol emosinya dengan baik.

Terkhususnya untuk mahasiswa Teknik, mari kita menjadi oase di dunia sosial media yang gersang ini. Marilah kita menjadi agent of change yang merubah situasi bangsa ini menjadi lebih baik. Ketika kita mendapatkan suatu berita yang mungkin membuat kita marah, ketahuilah sebagai mahasiswa teknik malu sekali jika langsung mencernanya mentah-mentah. Melainkan cerna secara perlahan informasi yang ada, apakah sumbernya dapat dipercaya, apakah sudah dicari informasi diluar dari sumber itu, baru kita bertindak. Bertindakpun sebagai mahasiswa Teknik kita tidak boleh mengikuti dinamika sosial media yang tengah melanda bangsa ini, bertindaklah sesuai dengan pemikiran seorang insinyur !

“Mahasiswa Teknik itu, jika mendapatkan informasi tidak langsung dicerna mentah-mentah, melainkan diolah dahulu, baru bertindak” M. Hibatur Rahman, Ketua BEM KMFT Periode 2015

Sumber gambar :

http://www.bola.com/indonesia/read/3097484/saddil-ramdani-diserang-di-medsos-begini-reaksi-indra-sjafri

http://style.tribunnews.com/2017/10/16/bertabrakan-dengan-choirul-huda-akun-instagram-pemain-asing-ini-diserbu-warganet-begini-katanya

http://www.jamesonassociates.net/

 

(Muhamad Miftahul Azhar/Propulsi 2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published.