Pernahkah Anda berpikir mengapa banyak orang dalam satu lingkungan pendidikan memiliki karakter yang berbeda-beda? Padahal orang yang mendidik mereka merupakan orang yang sama. Pandhawa dan Kurawa, cerita klasik dalam dunia pewayangan dengan perbedaan watak yang sangat kontras. Pandhawa yang protagonis dan Kurawa yang antagonis. Keduanya berguru kepada sosok yang sama, Drona, yang namanya diambil dari kata Droon, yang berarti “Kendi Sumber Ilmu.”

     Sebagian besar dari pembaca pasti mengetahui cerita Pandhawa dan Kurawa dari dunia pewayangan. Sifat yang mencolok antara keduanya menjadi hal yang paling diingat oleh orang banyak. Kurawa yang mempunyai arti seratus anak keturunan Kuru merupakan ksatria yang berwatak jahat, sombong, dan tamak. Pandhawa Lima, anak keturunan Pandu yang berjumlah lima merupakan ksatria yang berwatak baik, rendah hati, jujur, hormat pada sesama.

     Adapun perbedaan watak dari Pandhawa dan Kurawa ini dipengaruhi oleh Abhiyasa, seorang petapa yang mengasingkan diri jauh di gunung dan membebaskan diri dari keramaian duniawi. Abhiyasa juga merupakan nenek moyang Pandhawa yang memiliki watak baik hati dan senang menolong. Pandhawa belajar dan meneladani nilai-nilai luhur yang Abhiyasa ajarkan pada mereka.

     Dari cerita di atas, dapat kita simpulkan bahwa keluarga merupakan pondasi awal yang penting bagi pendidikan karakter seseorang yang tidak dapat diperoleh di pendidikan formal. Sikap Pandhawa yang rendah hati meneladani nilai-nilai luhur Abhiyasa patut kita contoh. Mengutamakan budi pekerti luhur dalam bertindak menjadi tugas besar kita sebagai penerus bangsa. Menjadi orang yang berpendidikan dan berbudi pekerti luhur adalah sebuah kewajiban yang harus terus diperjuangkan.

     Tan Malaka pun pernah berkata demikian, “Bila kaum muda yang belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.” Semoga ini menjadi pemantik api semangat perjuangan sebagai kaum muda intelektual di akhir bulan kemerdekaan ini.

(nya/ Propulsi 2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published.