Topik ini menjadi perbincangan yang unik di kalangan pemuda yang bermimpi untuk pindah ke luar negeri demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Alasan pun beragam, dimulai dari edukasi di luar negeri yang lebih baik atau bahkan menyalahkan kondisi negaranya sendiri yang sedang kacau balau di berbagai aspek kehidupan. Memang Indonesia bukanlah negara dengan pajak terbesar, dan fasilitas negara masih dipandang kurang memadai. Namun dapat di amati bahwa di tahun 2015 sendiri lebih dari 31% APBN senilai lebih dari Rp.600T digunakan untuk pembelanjaan negara untuk infrastruktur dan  31% lainnya untuk pembangunan daerah, siapa yang harus di salahkan?

Penulis merasa sedikit setuju bahwa kepekaan diri kita masing-masing masih belum menunjukkan nasionalisme terhadap negeri kita sendiri. Penulis pernah mendengar dari salah satu dosen Departemen Teknik Mesin dan Industri UGM,  Bapak Muslim Mahardika selaku dosen Teknik Manufaktur dalam Perancangan, beliau berkata bahwa negeri kita tidak ada jauhnya dalam aspek intelegensi dan kepintaran secara edukasi dengan orang-orang di negara maju, seperti Amerika dan negara Eropa. Yang membedakan antara kita dengan mereka adalah kedisiplinan kita dalam menggunakan waktu sehari-hari dan menghargai segala sesuatu yang diberikan.

Perkataan beliau sejenak menjadikan pemikiran penulis yang semula menyalahkan pemerintah menjadi berintrospeksi pada kesalahan kita sebagai warga Indonesia. Sudah sepantasnya kita menyadari bahwa negara inilah yang membutuhkan kita, bukan kita yang memerlukan negara lain. Terutama teruntuk insinyur yang akan membangun negeri ini di masa yang akan datang, bukankah kita mahasiswa selalu dikatakan sebagai harapan dan pondasi bangsa?

Sumber Gambar : https://www.hoganlovells.com/en/locations/jakarta

(VIO/Propulsi 2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published.