Perkembangan teknologi digital di Indonesia berkembang pesat sejak awal abad ke-21. Masyarakat yang awalnya menggunakan komputer untuk bekerja mulai beralih menggunakan notebook (laptop) untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Telepon rumah yang dulunya hanya untuk berkomunikasi mendesak telah digantikan oleh telepon seluler (ponsel) yang dapat dibawa ke mana pun untuk berbagai keperluan. Bahkan dapat dikatakan hampir setiap orang memiliki ponsel dengan berbagai fiturnya. Fitur yang sangat diandalkan yaitu mampu tersambung dengan dunia maya, internet. Sehingga semua informasi bisa kita dapatkan hanya dalam satu genggaman.

Perkembangan ponsel ini dibarengi dengan kreativitas para pengembang aplikasi. Aplikasi yang ditawarkan sangat beragam untuk semua sistem operasi (Android, iOS, Windows Phone, dan lain-lain). Mulai dari aplikasi media sosial, kantor, pendidikan, kesehatan, permainan, dan sebagainya. Tidak menutup kemungkinan hadirnya aplikasi dengan genre baru yang belum ada sebelumnya.

MASALAH TRANSPORTASI DAN MACET

Sebagian besar aplikasi diciptakan untuk menyelesaikan masalah yang ada di sekitar kita (masalah sehari-hari). Misalnya aplikasi Microsoft Word untuk melihat dan menyunting file dengan format .doc, Google Translate untuk membantu menerjemahkan bahasa asing, Maps untuk mengetahui peta terkini. Para pengembang aplikasi menyadari permasalahan-permasalahan yang sering  dialami oleh pengguna ponsel tersebut.

Salah satu masalah di Indonesia (terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Yogya, Surabaya) yaitu masalah kemacetan lalu lintas. Bahkan pada beberapa titik, kemacetan bisa mencapai beberapa kilometer. Hal ini tentunya menimbulkan masalah bagi para pengendara. Apalagi jika menyangkut urusan kerja, sekolah, rapat, atau urusan penting lainnya. Salah satu solusi alternatif yang dapat diambil yaitu menggunakan jasa ojek.

Pengembang aplikasi yang sadar akan permasalahan dan solusi tersebut mulai mengembangkan aplikasi yang menghubungkan ojek dengan konsumennya. Hal ini dapat menguntungkan kedua belah pihak. Konsumen membutuhkan kendaraan yang mampu mengantar dengan cepat dan nyaman. Pengemudi ojek membutuhkan penghasilan dari jasa antar-jemput.

OJEK ONLINE SEMAKIN RAMAI

Sejak tahun 2012 perkembangan ojek online semakin pesat. Ada tiga pemain besar pada sektor ini, yaitu Go-Jek, Grab, dan Uber. Go-Jek merupakan layanan ojek online dari Jakarta. Grab pada awalnya merupakan layanan taxi online yang kemudian membuka ojek motor. Sedangkan Uber merupakan perusahaan ojek online dari Amerika. Banyaknya pengemudi gojek disebabkan karena banyaknya kebutuhan masyarakat akan layanan ojek online ini.

Selain dari sisi komsumen, masyarakat juga ingin bekerja sebagai pengemudi ojek online. Karena dengan modal dan syarat yang tergolong mudah, dapat menghasilkan uang. Ada yang bekerja secara penuh waktu, dan apa pula yang bekerja sebagai paruh waktu, atau sekedar mengisi pekerjaan di waktu luang.

SISTEM PENDAPATAN PENGEMUDI OJEK ONLINE

Perusahaan jasa ojek online telah menentukan honor bagi pengemudinya. Pada Go-Jek menerapkan sistem bagi hasil 80:20 (80% untuk pengemudi dan 20% untuk perusahaan). Selain itu ada sistem poin. Poin ini dapat diperoleh dari setiap pekerjaan sesuai basis layanan dalam aplikasi misalnya Go-Food, Go-Send, dan sebagainya. Poin ini dapat dikumpulkan dan ditukar dengan uang.

Pada Grab juga menerapkan sistem sharing 90:10 (90% untuk pengemudi dan 10% untuk perusahaan). Grab tidak menerapkan sistem poin, namun menggunakan sistem insentif. Insentif didapatkan apabila pengemudi bekerja pada jam-jam dan hari tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nilai insentif berkisar sekitar 30%. Selain itu, Grab menyediakan bonus untuk jasa antar dekat sebesar 10% dan 15% untuk jarak jauh.

Uber pada dasarnya juga menerapkan sistem bagi hasil (sharing) antara pengemudi dengan perusahaan. Namun sistem tambahan diberikan untuk waktu-waktu tertentu dengan minimal order. Selain itu, Uber juga menyediakan bonus untuk hari-hari tertentu sebesar 1,3 sampai 1,5 kali dari tarif normal.

BESAR PENDAPATAN PENGEMUDI OJEK ONLINE

Sebagai studi kasus, kita ambil sampel ojek online sering kita jumpai, Go-Jek. Berdasarkan data BPS 2016 menunjukkan 77% pengemudi roda dua penuh waktu mendapatkan penghasilan Rp1.997.819 (di atas rata-rata UMP nasional). Pendapatan penuh waktu lebih besar lebih besar daripada paruh waktu. Sedangkan untuk pengemudi roda empat bisa lebih besar lagi, yaitu sekitar 3,5 – 6,0 juta.

Data lainnya menunjukkan bahwa mayoritas pengemudi memiliki tanggungan keluarga. 14% pengemudi dahulunya bekerja tidak tetap dan 4% pengemudi dahulunya hanya pengangguran. Mayoritas pengemudi merupakan lulusan SMA atau sederajat yaitu 67%. Kelompok lulusan pendidikan ini merupakan penyumbang angka pengangguran tertinggi pada usia angkatan kerja (BPS, 2017). Sedangkan untuk paruh waktu S1 sebesar 5%.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskakom UI dapat disimpulkan bahwa aplikasi online membuka lapangan kerja bagi angkatan kerja yang belum terserap, terutama jasa ojek online pada kasus ini. Mayoritas pengemudi mendapatkan upah di atas rata-rata upah minimum nasional. Hal ini penting karena karena mayoritas pengemudi mempunyai tanggungan keluarga. Pendapatan paruh waktu maupun penuh waktu sebagai pengemudi ojek online cukup baik melihat kondisi pasar yang masih banyak peluang.

Referensi:

Cermati. (2017, 12 Juni). Tertarik Jadi Driver Transportasi Online, Pilih Grab, Gojek, atau Uber?. Diakses 6 November 2017, dari https://www.cermati.com/artikel/tertarik-jadi-driver-transportasi-online-pilih-grab-gojek-atau-uber

CNN Indonesia. (2017, 8 Mei). Berapa Gaji Pengemudi Go-Jek dalam Sebulan?. Diakses 6 November 2017, dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170508181957-185-213246/penghasilan-pengemudi-gojek-lebih-besar-dari-karyawan-swasta/

Katadata. (2017, 2 Agustus). Ojek Online Menjamur Gara-gara Pertumbuhan Ekonomi Kurang Tinggi. Diakses 6 November 2017, dari http://katadata.co.id/berita/2017/08/02/ojek-online-menjamur-gara-gara-pertumbuhan-ekonomi-kurang-tinggi

Primaldhi, Alfindra. 2017. Hasil Riset Manfaat Sosial Aplikasi On-Demand : Studi Kasus Gojek-Indonesia. Jakarta: Puskakom Universitas Indonesia.

 

Sumber gambar :

http://www.juhariblog.com/2016/09/tipe-tipe-abang-ojek-online.html

(Rama Gian/Propulsi 2017)